Orang Tua Santri
Memondokkan anak bukan berarti melepaskan tanggung jawab. Justru itulah tanda bahwa orang tua sedang mengambil peran besar—menyerahkan anak kepada penjagaan Tuhan, bukan sekadar pengasuhan lembaga.
Banyak yang menyangka bahwa tugas selesai setelah pintu pesantren ditutup. Padahal, doa orang tua justru dimulai di sana. Di sepertiga malam yang sunyi. Di sajadah yang dingin. Di sela kesibukan yang tampak duniawi, tapi hati diam-diam menghadap langit.
Memondokkan anak bukan soal pendidikan saja. Tapi jalan mencari ridha Allāh. Maka yang halal mesti dibekalkan. Yang baik mesti disuapkan. Tidak hanya makanan, tapi juga teladan.
Aneh jika orang tua ingin anaknya jadi wali, tapi dirinya tak beranjak dari maksiat. Ingin anak jadi saleh, tapi lisannya masih memelihara keluh dan ghibah. Ingin anak bangun malam, sementara dirinya sendiri tidur seperti tak ada hisab.
Terkadang, anak yang mondok bukan sedang diuji—tapi orang tuanya.
Taat itu menular. Maka orang tua yang lebih dulu taat, punya harapan anak akan menyusul. Tapi kalau orang tua sibuk mencari dunia, lalu meminta anak menjadi ahli akhirat, mungkin anak akan bertanya dalam doa: “Ya Allāh, aku sedang dibentuk oleh guru, tapi dibebani oleh orang tuaku sendiri.”
sumber: DWYSA
link: https://www.facebook.com/profile.php?id=100063628724916