عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُلْحِدَ وَنُصِبَ عَلَيْهِ اللَّبِنُ نَصَبًا، وَرُفِعَ قَبْرُهُ مِنَ الأَرْضِ نَحْوًا مِنْ شِبْرٍ [رَوَاهُ إِبْنُ حِبَّان بِصَحِيْحِ إِبْنِ بَلْبَانَ: 602].
Dari Jabir bin Abdullah (diriwayatkan) bahwa Nabi saw dimakamkan dalam liang lahat, diletakkan batu nisan di atasnya, dan kuburannya ditinggikan dari permukaan tanah setinggi satu jengkal [HR. Ibn Hibban bi shahiihi Ibnu Balban no. 602].
Kata al-labin menurut kamus al-Munawwir adalah batu bata dan batu merah, sedangkan dalam kamus al-Munjid memiliki arti sesuatu yang berbahan keras.
عَنْ جَابِرٍ قَالَ نَهَى رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُبْنَى عَلَى اْلقَبْرِ أَوْ يُزَادَ عَلَيْهِ أَوْ يُجَصَّصَ، زَادَ سُلَيْمَانُ بْنُ مُوسَى أَوْ يُكْتَبَ عَلَيْهِ [رَوَاهُ النَسَآئِى كِتَابَ الجَنَائِزِ جـ 4: 86].
Dari Jabir (diriwayatkan) ia berkata: Rasulullah saw melarang dibangun suatu bangunan di atas kubur, atau ditambah tanahnya, atau diplester. Sulaiman ibn Musa menambah:
Atau ditulis di atasnya [HR. an-Nasai, Kitab al-Jana’iz, Juz IV: 86].
Mayoritas ulama dalam kitab Minhajul Muslimin berpendapat bahwa memberikan penanda (nisan) pada kuburan adalah boleh, yang tidak boleh adalah penanda yang bertuliskan puji-pujian atau hal semacamnya yang berlebihan
عَنْ جَابِرٍ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ. [رَوَاهُ مُسْلِمٌ: 2289, إِبْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ: 11764].
Dari Jabir (diriwayatkan) ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang menyemen kuburan, duduk di atasnya atau membangun sesuatu di atasnya [HR. Muslim: 2289, Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushanaf: 11764].
Tinggalkan Komentar