Allah Ta’ala Berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya : “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Ad Dzariyat: 56)
Dari ayat ini, kita bisa memahami bahwa tujuan diciptakannya kita adalah untuk beribadah kepada Allah.
Ibadah ialah tunduk dan patuh untuk melaksanakan apa yang Allah perintahkan kepada kita. Tunduk dan patuh meliputi hati, lisan dan anggota tubuh.
Ibadah dibagi menjadi 2 yaitu ibadah mahdoh dan ghairu mahdoh. Ibadah mahdoh ialah ibadah yang sudah ada tuntunanya sesuai dengan dalil, tatacara, waktu dan sebagainya, seperti sholat, puasa, zakat dan haji.
Ibadah ghairu mahdoh juga disebut ibadah muamalah, ialah ibadah yang anjurannya dari Allah, namun praktiknya disesuaikan dengan kondisi manusia selama tidak ada larangan. contoh ibadah muamalah ialah menjenguk orang sakit, menuntut ilmu, berdakwah, amar makruf nahi munkar, bekerja, bertani, bercocok tanam, jual beli dan sebagainya.
perbuatan muamalah akan bernilai ibadah selama diniatkan karena Allah, sebagaimana hadits rasulullah shollallahu alahi wasallam riwayat Muttafaq alaih:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Artinya: “Sesungguhnya setiap amalan pastilah disertai dengan niat. Dan setiap pelaku amalan hanyalah mendapatkan apa yang ia niatkan.”
maka, apabila kita menuntut ilmu karena Allah akan dinilai sebagai ibadah, kita mencari nafkah jika diniatkan karena Allah maka akan dinilai ibadah.
Jadi apapun aktifitas kita selama bukan perkara haram, jika diniatkan dalam rangka ketaatan kepada Allah akan bernilai ibadah.
Namun, dalam beribadah jangan sampai kita lupa ruh ibadah yaitu IKHLAS.
Ikhlas adalah memurnikan ketaatan hanya untuk Allah Ta’ala. artinya beribadah bukan untuk selain Allah. sebagaimana Firman Allah dalam surat Al Bayinah ayat 5
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata
seseorang yang melakukan ibadah bukan untuk Allah maka masuk kategori syirik atau menyekutukan Allah. Apabila seseorang beribadah tidak untuk Allah maka berpeluang mendapat dosa dan masuk ke dalam neraka (na’udzu billah). sebagaimana dalam hadits riwayat imam muslim:
Abu Hurairah berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya, ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab, ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berkata, ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka.’
Selanjutnya Rasulullah Sahallahu alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya, “Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur-an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya, ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab, ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca al-Qur-an hanyalah karena Engkau.’ Allah berkata, ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al-Qur-an supaya dikatakan seorang qari’ (pembaca al-Qur-an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’
Rasulullah Sahallahu alaihi wa sallam menceritakan orang selanjutnya yang pertama kali masuk neraka, “Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya, ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berkata, ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka’,”
Majelis Ta’lim Dar Al-Faradis
Ahad & Selasa: 06.00 – 07.00
Masjid Al-Marzuqoh PP Dar Al-Faradis
Tinggalkan Komentar